“Mungkin saya bukan orang yang paling
sempurna untuk membimbing kamu, tapi percayalah, setiap pertemuan pasti
memiliki maksud yang sempurna. Untuk kamu, saya ada. Dan, untuk saya,
kamu ada. Kita hadir untuk menyempurnakan satu sama lain.”
—
Ibu Sati (dalam Supernova Petir, oleh Dee)
“Saya cinta sama kamu. Dari pertama kali
kita ketemu, sampai hari ini, saya selalu mencintai kamu. Sampai
kapanpun itu saya nggak tahu. Saya nggak melihat cinta ini ada
ujungnya..”
—
Keenan, Perahu Kertas (Dee)
“Dunia tidak lagi sama. Hidup ini menjadi
asing. Aku sedih untuk sesuatu yang tak kutahu. Aku galau untuk sesuatu
yang tak ada. Dan jari ini ingin menunjuk sesuatu yang bisa menjadi
sebab, tapi tak kutemukan apa-apa. Pada saat yang sama, seluruh sel
tubuhku berkata lain. Mereka tahu sesuatu yang tak dapat digapai
pikiran. Apa rasanya, jika tubuhmu sendiri menyimpan rahasia darimu?”
—
Firasat. Rectoverso.
“Karena kekuatan terbesar manusia bukan pada berlari, tapi diam.”
—
tokoh Omen dalam cerpen Buddha Bar “Filosofi Kopi” (Dewi ‘Dee’ Lestari)
“Yang menarik dari mereka hanyalah dia. Dan dia bukanlah pembicaraan. Dia adalah tujuan. Tujuanku bertahan.”
—
Hanya Isyarat (Rectoverso) by Dewi ‘Dee’ Lestari
“Apa yang tak terucap, apa yang tersembunyikan… itulah yang lebih mengkhawatirkan.”
—
Perahu Kertas
“Kenangan itu cuma hantu di sudut pikir.
Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia akan
tetap jadi hantu. nggak akan pernah jadi kenyataan.”
—
Dee - Perahu Kertas
“Ada saatnya cinta harus dilepas, tidak digenggam
dengan begitu erat. Bahwa ada saatnya kita tidak perlu berlari, tapi
berhenti, melihat sekeliling. dan tersenyum”
RectoVerso
“Aku memandangimu tanpa perlu menatap. Aku mendengarmu tanpa perlu alat. Aku menemuimu tanpa perlu hadir.” -RectoversoHanya Isyarat “Aku menghela napas. Kisah ini terasa semakin berat membebani lidah.
Aku sampai di bagian bahwa aku telah jatuh cinta. Namun, orang itu hanya mampu kugapai sebatas punggungnya saja.
Seseorang yang cuma sanggup kuhayati bayangannya dan tak akan pernah kumiliki keutuhannya.”
(Rectoverso, 52)
“Sebotol mahal anggur putih ada di depan matamu, tapi kamu tidak pernah tahu. Kamu terus menanti, segelas air putih.”
- rectoVerso, Curhat Buat Sahabat
“aku ingin membisikkan selamat tidur, jangan bermimpi. Mimpi mengurangi kualitas istirahatnya. dan untuk bersamaku, ia tak perlu bermimpi”
- Dee, rectoVerso
“… Aku tidak tahu kemalangan jenis apa yang menimpa kamu, tapi aku ingin percaya ada insiden yang cukup dahsyat di dunia serba selular ini hingga kamu tidak bisa menghubungiku. Mungkinkah matahari lupa ingatan, lalu keasyikan terbenam atau terlambat terbit? Bahkan kiamat pun hanya berbicara soal arah yang terbalik, bukan soal perubahan jadwal ”
-RectoVerso
“ Jadi, aku tidak tahu cinta itu terdiri dari berapa macam. Yang kutahu, cinta ini tersendat, dan hatiku seperti mau mati pengap. Kendati kusayang kamu lebih daripada siapapun yang kutahu. Kendati bersamamu senyaman berselimut pada saat hujan. Aku aman. Namun, aku mengerontang kekeringan. Dan kini kutersadar, aku butuh hujan itu. Lebih daripada apa pun “
- Rectoverso
“Insan-insan kesepian ditengah orang-orang yang dicintainya. Dunia mereka tersekat oleh tembok besar yang tak pernah bisa mereka jebol. Begitu dekat, tetapi begitu terpisah : tak terucapkan.”
-Rectoverso
“Rasanya utuh dan damai. Cuma satu orang yang mampu membuatnya seperti itu. Dan orang itu tak perlu melakukan apapun selain ada”
“Kepala kamu akan selalu berpikir menggunakan pola "harusnya," tapi yang namanya hati selalu punya aturannya sendiri.”
—
DEE
“Bila engkau ingin satu, maka jangan ambil dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua melenyapkan.”
—
Mencari Herman, Filosofi Kopi, Dewi Lestari
“…Ajarkan aku,
melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
merengkuh rasa takut tanpa perlu surut
bangun dari ilusi namun tak memilih pergi
Tunggu aku,
Yang hanya selangkah lagi dari bibir jurangmu.”
melebur dalam gelap tanpa harus lenyap
merengkuh rasa takut tanpa perlu surut
bangun dari ilusi namun tak memilih pergi
Tunggu aku,
Yang hanya selangkah lagi dari bibir jurangmu.”
—
Dee, Supernova
“Hati adalah air, aku lantas menyimpulkan.
Baru mengalir jika menggulir dari tempat tinggi ke tempat lebih rendah.
Ada gravitasi yang secara alamiah menggiringnya. Dan jika peristiwa
jatuh hati diumpamakan air terjun, maka bersamamu aku sudah merasakan
terjun, jumpalitan, lompat indah. Berkali-kali. Namun kanal hidup
membawa aliran itu ke sebuah tempat datar, dan hatiku berhenti mengalir.”
—
Dewi Lestari - Peluk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar